Selasa, 24 Juni 2008

Menemukan Tuhan

(Oleh Budi Satriya)
Seorang sahabat pernah bergumam…hal apa yang dirasakan seorang biksu sewaktu sedang menjalankan tugasnya…? Lalu hal apakah yang dirasakan oleh seorang WTS ketika sedang menjalankan tugasnya..? apakah ada kesamaan motif diantara keduanya?...Pertanyaan ini terus terang menggelitik saya…
Lalu hal apakah yang dirasakan seseorang ketika mencuri, memperkosa , sembahyang di mesjid atau memberi sedekah pada fakir miskin…?? Hal yang dirasakan sama..sama-sama mencari kepuasan,sama-sama mencari kenikmatan..orang mencuri untuk makan sehari atau menghidupi keluarganya yang kelaparan dengan orang mencuri untuk sekedar menimbun harta untuk menikmati hidup secara berlebihan..bisa dikategorikan dua hal yang berbeda..walaupun sama-sama mencuri..
Orang sembahyang dengan tujuan “meminta” sesuatu kepada yang disembah..meminta inipun dibarter dengan keinginan menyembah..sedangkan keinginan menyembah datang dari rasa kekurangan dalam diri agar dicukupi...berbeda dengan orang sembahnya murni ”memberi” memberi kepada yang disembah, karena menyembah itu pada hakikatnya memberi..memberi apa? Memberi apa yang dipunya..hingga kehidupan pun disembahkan…ketika pertanyaan sampai pada kalimat untuk apa?? Keraguan pun muncul,.keraguan untuk menjawab apakah jawaban yang akan diberikan akan memuaskan si penanya…
Ketika kita menyembah dengan motif memberi, ketika kita mencuri dengan motif memberi, ketika kita memperkosa dengan motif memberi, ketika kita membunuh dengan motif memberi kehidupan kembali ke rel sebenarnya…ketika kita melakukan suatu motif tindakan yang bermuara hanya untuk memuaskan orang lain..kita melakukan tindakan yang benar..hal inilah yang dapat menjadi tali diantara kehampaan 2 hal yang bertolak belakang antara positif dan negative, antara putih dan hitam..hal apakah yang menyatukan keduanya..hanya satu kata yaitu memberi…motif yang dapat mengikat antara keduanya..
Kejahatan dan kebaikan adalah hanya sekedar 2 sisi dalam satu mata uang logam, 2 sisi ini tak akan pernah dapat dipersatukan, 2 sisi ini akan selalu berjalan beriringan sampai kapanpun juga…jaman dulu maupun sekarang sama..dulu ada pembunuh sekarang pun ada pembunuh, dulu ada pemerkosa sekarang pun ada pemerkosa, dulu ada biksu sekarang pun ada biksu..yang membedakan hanya 1 “dulu” dan “sekarang”, lalu apakah hakikat memberi dikaitkan dengan judul diatas “menemukan Tuhan”, Tuhan tidak akan pernah ditemukan…Percayakah anda dengan “pemikiran” saya…
Jika anda percaya berarti anda masih dalam tahap berpikir, jika anda tidak percaya anda dalam tahap masih..,tergantung, masih berpikir atau tidak berpikir karena masing-masing memiliki pengikutnya sendiri-sendiri..maksud saya jika anda menggunakan pikiran, anda tidak akan pernah menemukan Tuhan..Ketika anda sudah mulai dalam tahap merasakan…sedikit demi sedikit anda akan merasakan Tuhan tergantung sejauh mana kontemplasi anda…
Mas Budi ini gimana sih pertanyaan yang tadi masih belum dijawab,..lalu hubungan dengan prinsip memberi apa…??
Ketika berpikir kita bisa dikatakan dalam posisi mengharap..berpikir dengan mengharap sama persis, mereka berdua adalah sepasang saudara kembar, yang memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama mencari motif-motif kenikmatan...padahal tanpa sadar kita menjadikan pikiran kita sebagai Tuhan..yang mengatur setiap gerak langkah kita,. Kita bersandar pada Tuhan yang salah..yaitu Tuhan Pikiran...lalu Bagaimana cara menemukan Tuhan? Dengan memberi yaitu memberi segala sesuatu yang kita miliki, entah itu harta,kekayaan, pikiran perasaan, masalah yang menumpuk kepada Yang memberi kehidupan, ketika kita sudah memberikan semuanya itu..kita akan menemukan Tuhan...Ketika masing-masing orang sudah menemukan perannya masing-masing di kehidupan ini..baik itu peran penjahat atau pendeta...mereka akan sama-sama terkaitkan dalam zona memberi...memberi itu hebat..alam memberi tanpa mengharap, hanya memberi, bencana pun merupakan suatu pemberian,..hanya otak pikiran manusia yang menganggap bencana...jika kita menganggap itu hanyalah sebuah pemberian kita akan bahagia karena kita paham maksud alam memberikan kita bencana...
Maksud pemberian pun berbeda-beda...ada berbagai macam motif yang melatarbelakanginya..warna-warni pemberian maksud saya,...tapi ketika pemberian dikembalikan pada pengertian awalnya, pemahaman awalnya motifnya menjadi hilang...kosong tidak ada motif...jadi jadilah pemberi yang baik...selama kita menjalankan peran kita..lakukanlah secara profesional...Tuhan ada ketika kita ”memberi”...
Budi.Satriya

Tidak ada komentar: