Minggu, 17 Januari 2010

Nabi Musa dan Firaun


Nabi Musa dan Firaun tampak berbeda, padahal dua-duanya adalah pengabdi ilahi. Setiap orang memperhatikan pengabdian Musa. Tidak ada yang memperhatikan penyesalan Firaun.
Setiap malam ia menangis, "Ya Allah, karena kehendak-Mu Musa memperoleh pencerahan, karena kehendak-Mu pula, aku hidup dalam kegelapan. Kenapa jiwaku tidak dibersihkan sebagaimana Engkau membersihkan jiwa Musa? Kenapa Tuhanku, kenapa?"

Demikian, setiap malam ia menangis dan mengeluh. Sampai akhirnya sadar sendiri, "Sungguh beruntung aku! Walaupun untuk menyampaikan keluhan, setiap malam aku menyebut Nama-Nya..."

Setiap warna berasal dari Dia Yang Melampaui Segala Warna. Masing-masing warna berbeda, padahal sumbernya sama. Air dan minyak berasal dari sumber yang sama-cairan. Tapi lain air, lain minyak. Bunga mawar dan duri berasal dari pohon yang sama. Tapi lain mawar, lain duri.

Bunga dan duri tampak berbeda, air dan minyak tampak berbeda. Tetapi berasal dari sumber yang sama. Lalu mana yang benar? Perbedaan atau persamaan? Membingungkan bukan? Ketahuilah bahwa Rahasia Ilahi berada di balik kebingunganmu.

Apa yang kau anggap berharga saat ini, sesungguhnya tidak berharga sama sekali. Yang berharga berada di balik kebingunganmu.

Segala macam pendapat dan konsep bisa dikembangkan. Sebaliknya, Rahasia Ilahi tidak perlu pengembangan. Yang dikembangkan akan memiliki wujud. Rahasia Ilahi tidak berwujud.

Dalam Kebenarannya (Kesadaran murni yang dicapainya, setelah berada di balik Tirai), Ahmad menyebut eluruh dunia ini sebagai pelayannya.Betul, karena pikiranmu ibarat pengemudi onta. Dan sebagai onta, sementara ini engkau sepenuhnya dikendalikan oleh pikiran.

Para Suci adalah "Kesadaran" yang melampaui pikiran. Karena itu, mereka dengan mudah dapat mengendalikan pikiran.

Siapa si pengemudi onta, siapa yang menjadi penuntunmu? dapatkan mata yang bisa menatap matahari.

Hormatilah para suci. Mereka bagaikan Singa di balik bulu domba. Jangan meragukan (kesucian) mereka. Mereka (Para Suci, Nabi) nampak berdiri sendiri, padahal di dalam diri mereka, tersimpan rahasia alam ang tak terlihat oleh mata kasat. Dengan kekuatan diri, mereka "membingkai" kekuatan mereka, Yang menyangsikan (kesucian) mereka sungguh tolol!

(Masnawi, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai, oleh Anand Krishna, 216-222).

Tidak ada komentar: