Selasa, 29 Desember 2009

Meditasi Sathya Sai


Meditasi sathya sai adalah suatu teknik meditasi, berdasarkan ajaran dan wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba.
Bentuknya adalah studi, suatu latihan bersama. Tidak ada guru maupun murid. Tidak ada inisiasi. Biarkan guru yang bersemayam di dalam hatinya yang memberi inisiasi. Semua adalah guru dan semua adalah murid. Biarkanlah Tuhan yang bersemayam di hati masing-masing menjadi gurunya.
Sathya menunjukkan kebenaran. Kebenaran yang sejati. Kebenaran Tuhan. Bukan kebenaran menurut si A atau kebenaran menurut si B. Bukan kebenaran pada suatu waktu tertentu. Bukan kebenaran yang "dibenar-benarkan". Benar-benar kebenaran abadi yang sejati. Dan itu hanya kebenaran Tuhan.
Sai Menunjukkan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, yang wacana-wacananya dipakai pedoman, yang oleh bhaktanya dipercaya sebagai avatar. Di sini tentu lebih ditekankan pada wacananya dan bukan hanya pada siapa yang berwacana.

"sebenarnya dimana Tuhan dimeditasikan, itulah tempat dan waktu terbaik"
(Bhagawan Sri Sathya Sai Baba)

Menurut Patanjali, tempat meditasi yang baik adalah sebagai berikut.
a. Di mana alam tersenyum paling manis. Di tepi laut, di tepi danau, di tepi sungai, di bukit, gunung, hutan atau air terjun.
b. Udara tidak terlalu kering atau terlalu basah, tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
c. Hindari angin kencang
d. Terlindung dari hujan
e. Akan tiba waktunya bila sudah cukup maju, bahwa tidak ada tempat dan waktu yang tidak baik untuk meditasi.

"Sedapat mungkin usahakan agar engkau melakukan meditasi serta japa pada waktu dan tempat yang sama setiap hari"
(Bhagawan Sri Sathya Sai Baba)

Waktu dibedakan menjadi tiga :
a. Waktu Satwika : jam 4.00 s/d 8.00 pagi dan jam 4.00 s/d 8.00 sore. Meditasi dan berdoa pada waktu satwika mengantar orang kepada Tuhan. itu pasti, tidak bisa diragukan. Japa, dhyana dan namasmarana yang dikerjakan pada waktu satwika diperuntukkan bagi kemajuan spritual, seperti deposito di Bank. Japa, dhyana dan namasmarana yang dikerjakan di luar waktu satwika seperti simpanan atau tabungan yang bisa keluar masuk setiap hari. Rahmat yang didapat pada sadhana subuh hanya untuk tujuan adhyatma.
b. Waktu rajasika : jam 8.00 pagi s/d 4.00 sore . Untuk melaksanakan tugas rutin sehari-hari
c. Waktu tamasika : jam 8.00 sore s/d 4 pagi. biasanya untuk beristirahat atau tidur.

"engkau akan mendapat manfaat yang sebanding dengan lamanya waktu yag kau isi dengan memusatkan pikiranmu kepada Tuhan. Jiwatma menyatu dengan Paramatma di malam hari sebanding dengan waktu, pikiran dan hatimu terpusat pada Tuhan dalam meditasi di siang hari"
(Bhagawan Sri Sathya Sai Baba)

Asana dan sikap duduk
"Sebelum tujuan meditasi tercapai , tata tertib asana harus diikuti. Setelah tujuan tercapai, yaitu setelah manas dan budi ditaklukkan serta dikuasai, sadhaka dapat melakukan meditasi di manapun juga, di tempat tidur, di kursi, di atas batu cadas atau dalam pedati"
(Bhagawan Sri Sathya Sai Baba)

Syarat asana atau sikap duduk
a. Asana yang mendukung kemajuan meditasi
b. Asana yang memberi hasil yang maksimal
c. Jangan bergoyang atau berayun
d. Sthira Sukham Asanam. Asana yang menyenangkan, menenangkan, mantap, enak dan nyaman.
e. udasinabhava. Sikap yang tidak mudah terpengaruh.
f. Asana hanya olah badan, kalau tidak dikaitkan dengan pranayama, japa atau meditasi.

Sikap Meditasi
a. Duduk dengan sikap Padmasana atau sikap duduk Sukhaasana, yang penting rileks, nyaman, dan bisa bertahan lama
b. Tulang punggung tegak lurus, leher dan kepala tegak
c. Dagu agak ditarik ke dalam
d. Sikap mata :
Satwika, Setengah terpejam. Sistem ini dianggap terbaik
Rajasika, Terbuka. Mata mudah terpengaruh dengan pandangan sekitar
Tamasika, Tertutup, biasanya mudah mengantuk.

Sikap tangan :
a. Dhyana mudra, kedua tangan saling menyentuh, letakkan di depan di pangkuan.
b. Janan mudra, telapak tangan menghadap ke atas, ibu jari bertemu dengan jari telunjuk.
c. Shuniya mudra, telapak tangan menghadap ke atas, ibu jari bertemu jari tengah.

Tubuh tidak boleh menyentuh bumi atau tubuh orang lain pada waktu meditasi. Hubungan dengan bumi membuat orang itu kehilangan arus ketuhanan yang timbul di dalam dirinya pada waktu meditasi. Pakaian yang dikenakan juga harus cukup longgar.

Relaksasi
"Rahasianya adalah engkau harus menjadi sebagai dalam keadaan tidur ketika kamu sesadar-sadarnya dalam pikiranmu, bahwa itulah kamu. Sadarlah akan maya itu , tetapi benamkanlah dirimu dalam tidur, itulah samadhi yang sesungguhnya".
(Bhagawan Sri Satya Sai baba)
Relaksasi adalah tangga pertama dalam meditasi. Perhatikanlah bayi yang sedang tidur. Dia secara alami menyerahkan seluruh beban tubuhnya pada kasur, sama sekali tidak ada ketegangan saraf atau otot...Relaksasi disini lebih ditekankan pada "membiarkan", seperti apa adanya wajar dan alami, bukan "membuat".

Pranayama
"Kehadiran Tuhan bisa diketahui di dalam nafas dengan mempertahankan pintu SO HAM".
(Bhagawan Sri Satya Sai Baba)



Ada bermacam-macam pranayama, tetapi karena di dunia ini kebanyakan atau hampir semuanya tak mungkin untuk dilaksanakan, ma hanya yang membantu dhyana atau meditasi sajalah yang dapat diterima, yaitu laghu pranayama atau pengendalian nafas yang disederhanakan.

Salah satu penemuan kirlian yang patut dicatat adalah foto kirlian, di mana ditemukan bahwa warna energi aura menjadi lebih terang jika paru-paru terisi dengan oksigen murni. Pernafasan yang dalam menimbulkan peningkatan energi atau prana di dalam tubuh manusia. Selama beribu-ribu tahun para yogi telah menyadari akan hubungan yang penting antara energi vital dengan pernafasan. Manusia memerlukan prana untuk kehidupan ini melalui makanan yang dimakan, juga melalui udara yang dihirup.

Pikiran berhubungan erat dengan pernafasan. Jika seseorang berpikir panjang, ia menarik nafas panjang dan bila ia berpikir cepat, nafasnya akn bergetar dengan cepat. Bila pikirannya dipenuhi kemarahan, nafasnya menjadi kacau balau. Demikian juga bila jiwanya seimbang dan tenang, maka pernafasannya menjadi tenang dan teratur.

Pikiran yang harmonis berkaitan erat dengan pernafasan yang pelan, dalam dan teratur. Pikiran tegang mempercepat kerja jantung dan irama pernafasan, yang kemudian menjadi tak teratur dan terputus. Seringkali orang yang terserang emosi yang tiba-tiba, menjadi sesak nafas dan megap-megap. Pernafasan orang menjadi pendek dan tak teratur, dalam situasi yang sedikit tegang; menunggu suatu tes wawancara atau tes tulis. Pernafasan yang cepat membatasi kemampuan mental. Jika pernafasan perlahan, dalam dan teratur, masa jeda menjadi lebih panjang, prana menjadi tenang, daya tangkap dan konsentrasi pikiran bertambah. Dalam konsentrasi yang dalam, pernafasan menjadi semakin pelan.

Ilmu pengobatan barat mulai menyadari eratnya hubungan antara pernafasan dan keadaan mental. Eksperimen telah menunjukkan bahwa perubahan-perubahan dalam tingkat pernafasan saling berkaitan, tidak hanya perubahan detak jantung, juga perubahan elektrik dalam otak, yang terjadi sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar.
Pernafasan sebaiknya melalui hidung, supaya bersih dari debu dan bakteri, disitu selaput lendir dan cairan pembasmi hama akan membunuh bakteri yang masuk. Pernafasan mulut mengundang segala jenis demam dan infeksi.

Kapasitas isi paru-paru keseluruhannya adalah lima liter udara. dari jumlah ini hanya tiga liter udara yang beredar, masuk dan keluar setiap kali bernafas, sedangkan sisanya diam tidak pernah beredar, tergenang di dalam paru-paru dan tidak terpakai. Pernafasan yang tidak sempurna ini membuat sebagian paru-paru menjadi tidak aktif dan bagian yang demikian merupakan wadah yang mengundang baksil-baksil yang menyerang jaringan yang lemah. TBC disebabkan karena menurunnya vitalitas yang disebabkan berkurangnya suplai oksigen. Jaringan yang baik dan sehat akan menahan serangan dan untuk mendapatkan paru-paru yang sehat dan baik adalah mempergunakan paru-paru dengan benar, dengan jalan mengeluarkan semua udara yang busuk tersebut dan mengisinya kembali dengan udara yang bersih dan segar. Pernafasan para yogi menekankan pengeluaran nafas yang dalam, pelan, dan panjang, sehingga sebanyak mungkin udara yang tergenang diganti dengan udara yang segar. Lebih banyak udara kotor yang dikeluarkan, lebih banyak udara segar yang memasuki paru-paru.

(dikutip dari buku Intuisi Kesadaran Supra, oleh Anadas Ra)

Tidak ada komentar: