Rabu, 23 Juli 2008

Jurang Pemisah

Tetaplah menungu wahai kekasihku, walau impianmu sewaktu-waktu terbang tertiup angin, walaupun ia terpaksa menguap di teriki panas hembusan angin siang dan malam, tetaplah menunggu… Ketika pancaran sucimu, paras elok nan ayumu membias di kedua binary mataku, ketika tatapan kegembiraan itu menghenyakkan langkahku, membawaku teringat kepadamu, ketika suara lembutmu berpacu dalam untaian nada kasih yang tak terlumat dalam saluran pencernaanku, dapatkah kau merasakan kegelisahan hati ini..
Ketika kenangan indah itu senantiasa berlalu selalu berlalu, tergantikan kenangan buruk detik demi detik membayangi, tanpa henti racuni diri ini, hidup kian bertambah sulit, terpaksa dengan lelah dan sangat menaiki gunung gunung terjal menuruni lembah kadang terpeleset , atau sewaktu periode apes datang ia memaksa kita untuk jatuh ke jurang penyesalan yang dalam, kita terpisah karena hanya satu kata, tujuan.
Tujuan hidup yang entah akan tercapai atau tidak, Akankah terus diperbudak olehnya, menjadi kacung-kacung penjilat diteteki hingga aus, tanpa menghasilkan apa-apa..
Aku tak tahu perasaanmu pun kau tak tahu perasaanku, teringat terus kepadamu setiap hari menghabiskan berjutajuta memori di otak ini, menghabiskan sumber daya ini yang sungguh telah kosong melompong , mengalahkan setiap tumpukan buku di atas meja belajarku..
Si Setan akademisi itu sungguh – sungguh telah meracuni isi pikiran dan otakku, ia sungguh-sunguh menguasai setiap tarikan nafasku, ia selalu berada di setiap detak jantungku dan pikiranku, dan ia selalu menemaniku kemana-mana, kapan kah aku akan terbebas dari belenggu jiwanya, menyadari aku adalah orang yang bebas dan tak ingin terikat walaupun dengan seutas benang emas bertahta berlian sekalipun, Aku adalah pribadi yang bebas dan terlepas sang pecinta alam maha semesta, menyatu dengan alam, menyaksikan burungburung bertebangan dan bunga-bunga bermekaran, akulah sang penikmat hidup..
Apakah aku memang tak bisa meluangkan sedikitpun waktuku tuk berjumpa denganmu, menghabiskan segala kerinduan hati ini, mengganti dan menyegarkan hidupku.. Menemui dirimu.. kapan ?
Aku tahu ini adalah suatu siklus kecil dalam perjalanan hidupku, hanya sebongkah kerikil kecil penghalang langkahku, ia tak lebih dari seutas bamboo yang merintangi jalan dimana aku menginjaakkan kaki,,
Tapi haruskah aku harus dikorbankan, olah sebutir kecil kerikil, seutas bamboo ..
Aku hanyalah manusia biasa , Sang Perindu, Ingin Bebas Tak Terikat Oleh siapapun.. juga..

(Budi Satriya)

Tidak ada komentar: